Researching power politics in Indo-Pacific. Sometimes Indonesia's FP, History, Southeast Asia, IR Theory. RT ≠endorsement. Tweets & views personal.
#MSCAKroco
Our Alternatives' special issue edited by Lisa Gaufmann,
@Jamiejhagen
and
@ARanawana25
, "Our Work is International Relations" is now published in the latest issue (vol 49, no 3).
We rethink what it means by engaging with IR's disciplinary boundaries.
ini RuangDosen nggak tertarik bikin 'Clash of PhD' ngundangin yang sudah lulus PhD buat debatin finding riset mereka? Daripada PhD cuma dapat pertanyaan 'lulusan kampus mana?' 'sudah publish di Scopus?', atau 'masnya dosen dimana?' wkwkwk.
Bantuan sosial di negara lain: pendidikan vokasi gratis, santunan buat pencari kerja, santunan lansia, diskon transportasi publik...
Tapi tentu ini bukan bantuan yang cocok dengan "cara Indonesia"🙏
Salah satu penelitian klasik tentang Ikhwanul Muslimin dari seorang mahasiswa PhD asal Indonesia, tak lain ialah Dr. Amien Rais. Disertssi Dr. Rais Menelisik sejarah gerakan Ikhwan dari awal. kemunculan hingga jatuh bangun di era Nasser dan Sadat.
Kelak, mahasiswa PhD ini....
If Soekarno belongs to Gryffindor, Soeharto is the heir of Slytherin, Gus Dur, with his kindness, shows the quality of Hufflepuff, then I believe Habibie is a true Ravenclaw. "Wit beyond measure is men's greatest treasure". Again, vale Eyang Habibie.
This kind of feedback - dehumanizing, lazy, and not constructive - is oftenly found in students' "skripsi". It should stop. We will not train good student by telling their works 'rubbish'. it nly shows lecturer's incompetence in engaging with other's works.
Opini tidak populer: 10 tahun lagi kita masih tetap akan demo ketika harga BBM dinaikkan jika tidak ada (1) upaya memperbaiki transportasi umum; (2) mendorong orang untuk mengurangi penggunaan kendaraan pribadi; dan (3) transisi ke energi terbarukan...
A small village in NTT has just elected the first trans legislator (BPD) in village level. Still a loooong way to go but I hope it could be a good news.
Opini tidak populer:
Siapapun yang dapat gelar Doktor Honoris Causa mestinya juga bisa menulis pidato yang layak diterjemahkan ke dalam bahasa asing dan diterbitkan di luar negeri, sebagaimana pidato honoris causa yang ini:
📖Koleksi Perpustakaan Ilmu Sosial & Kemanusiaan UQ
Daftar pustaka hari ini:
- Harus mencantumkan jurnal dlm 10 tahun terakhir
- Harus dari jurnal terindeks
- Harus mengutip minimal 15 jurnal
Critique of Pure Reason:
- trust me, bro
I know that the (QC) result of yesterday's election disappoints many people (incl me), who believe on Indonesia's nascent democracy.
But here are some personal takeaways: (a thread)
Rame-rame soal skripsi ini sebenarnya menegaskan lagi bahwa skripsi itu mestinya (1) tidak wajib (2) diambil hanya bagi mereka yang tertarik belajar nulis dan riset (3) dibimbing serius oleh dosennya (4) ada kelas-kelas pendamping yang difasilitasi kampus untuk membantu menulis.
Many Indonesians know late Professor Azyumardi Azra as a prolific scholar, public intellectual, and former vice-chancellor of UIN Jakarta. But there is an important academic contribution that he laid out as a scholar: a global historical understanding of Indonesian Islam.
A🧵
Selain Hatta, siapakah tokoh lain yang mendapatkan gelar Doktor Honoris Causa dan memaparkan pidato yang juga tak kalah "menggelegar"?
Tidak lain adalah sang proklamator: Ir. Soekarno, yang memaparkan pidato Doktor (HC) berjudul "Ilmu dan Amal"
Opini kurang populer: Tesis Magister pak
@ganjarpranowo
yang sangat layak untuk dilanjutkan jadi Disertasi Doktoral, apalagi literatur tentang independensi Pemilu cukup jarang.
#UnpopularOpinion
: daripada ospek yang tidak-tidak, ada baiknya pengenalan mahasiswa baru diisi dengan perkenalan: bagaimana menulis akademik yang baik, membaca yang efektif, berpikir kritis, atau hal2 lain yang setidaknya tidak akan bikin kita bingung ketika menulis skripsi...
Mahasiswa UGM: kalau nggak lulus bisa jadi Ketua PBNU atau Wakil Presiden, kalau lulusnya lama bisa jadi Gubernur Jakarta atau Ketua Umum PKB, kalau lulusnya cepat bisa jadi Dosen UGM, dan kalau lulusnya cumlaude bisa jadi Ketua PP Muhammadiyah😁😁
Negara yang serius mendorong penyelesaian masalah Rohingya di Mahkamah Internasional bukan Indonesia, melainkan... Gambia.
Upaya Gambia dalam menghentikan aksi genosida Myanmar thd orang2 Rohingya membuka jalan bagi aplikasi Afsel v. Israel hari ini.
Saya suka kalau pemimpin Indonesia mainnya jauh dgn percaya diri. Ini memamg peran Indonesia sejak 1950-an kok.
Sebuah terobosan dr kebiasaan kita main aman di isu2 panas dunia
(sudah saya prediksi tahun lalu..bahwa presidensi G-20 kita tak kan biasa2 saja)
Beberapa rekomendasi teman belajar Hubungan Internasional buat kamu yang sering galau, jomblo, tidak lunya prestasi, atau kurang gaul seperti saya dulu: 👇👇
Lessons from Coronavirus: You can't do lockdown with a neoliberal economy. The poor and vulnerable will be hurt and affected - and government won't be prepared well. No country is ready to face the virus and all of its impact, but state capacity will give more strength.
What articles are considered 'classic' in Indonesian International Relations literature - written by Indonesian scholars?
Some open-ended thread for those interested w/ Indonesian IR: 🧵
Pandemi sebenarnya mengajarkan pada kita bahwa asumsi bahwa riset akan didengar oleh pengambil keputusan dan langsung dieksekusi' sejatinya adalah... ilusi. Pengambilan keputusan adalah proses politik, dan riset mana dipakai kapan, dan oleh siapa ya proses politik juga.
"Menkes yg baru sdh berkali-kali mengundang para ilmuwan kesehatan & kebencanaan, seperti
@sociotalker
atau
@drpriono1
. Tp saran mereka terus ke mana?"
"Saya merasa itu hanya basa-basi sih. Mrk sebenarnya sdh punya rencana, & semuanya ya maju saja terus."
Apakah kepakaran yang dibangun seorang peneliti/ilmuan berkaitan dengan studinya yang 'linear' dari S1 sampai S3?
Sedikit catatan iseng-iseng saya hari ini di
@IBTimesID
Belajar dari Thailand: lulusan Harvard bisa kok menang Pemilu asalkan agends yang diusung progresif, jelas, radikal, dan memang menawarkan peta jalan buat perubahan
Thailand’s progressive party Move Forward in the lead with 113 constituency seats and 14 million votes for its national party list: Preliminary results.
99% of vote counting is done.
@MFPThailand
will hold a press conference at 12pm
#ThaiElection2023
#เลือกตั้ง66
Personally, I really hope Anies Baswedan to become the Chairman of Nasdem and both PDIP-Nasdem become opposition. Indonesia's democracy needs some check and balance.
Per Litbang Kompas quick count: with 2.15% ballots counted, looks like ruling party PDI-P remains in the lead followed by Golkar and Gerindra. Will PDI-P become opposition?
#Pemilu2024
salah satu mitos yang sering dilestarikan: "HAM adalah produk Barat". Padahal banyak aspek dari HAM yang muncul justru dari perjuangan negara dunia ketiga.
Salah satu contoh: hak menentukan nasib sendiri.
Maka kalau sekarang Barat menjadi tolak ukur kebebasan HAM, jangan kaget jika dalam praktiknya kebebasan yang dimaksud adalah sesuai kehendak mereka.
#userstory
"Masih dari data BPS, impor senjata dari Israel paling banyak masuk pada Oktober 2020, yaitu senilai US$1,28 juta.... Indonesia mendatangkan senjata artileri, meliputi senapan, mortir, dan meriam howitzer, dan suku cadang dan aksesori revolver..."
.
Suka atau tidak suka, politik Indonesia hari ini sedikit banyak ditentukan oleh politikus ini:
1. Muhaimin Iskandar, Mahfud MD dikader Gus Dur
2. Jokowi/Gibran, Ganjar kader2 Megawati
3. Prabowo, Anies banyak mewarisi jaringan yang dulunya dibesarkan pak Amien.
Sosok-sosok yang disebut sebagai empat tokoh Reformasi yang berperan penting dalam peristiwa yang terjadi pada tahun 1998.
Di antaranya adalah Megawati Soekarnoputri, Amien Rais, Abdurrahman Wahid (Gus Dur), dan Sultan Hamengkubuwana X.
Bosan diskusi2 'pemikiran' mentok cuma bahas Marx, Foucault, Habermas dan teman2nya?
Padahal ada banyak generasi baru pemikir keturunan Asia yang kini mulai diperhitungkan. Artikel baru di
@omongomongcom
tentang pemikir2 muda Asia yang lagi naik daun:
Jokowi has just declared a "large scale social distancing" under the 1959 Civil Emergency Regulation (which is, a decades-old regulation originally intended to stabilize post-conflict situation, not public health emergency). I am wondering where would it lead us.....
Rame-rame ttg LPDP selama ini sebetulnya dalam banyak hal membuat orang lupa bahwa LPDP sebetulnya juga mendanai banyak riset bagus dan dapat penghargaan.
Salah satunya riset Dr. Muhtar Habibi ini:
Tulisan bagus pak Pratikno tentang demokrasi pasca-Orba:
"Melalui sumber daya ekonomi dan akses kepada kekuasaan negara, 'orang dalam kekuasaan' ini akan dengan membangun wacana tandingan terhadap wacana demokrasi dan membeli loyalitas dari rakyat."
The problem is that we should not expect Jokowi to become a "peacemaker" to the conflict. Indonesia does not have capacity to do so. Jokowi had performed pretty well by coming to both leaders and brought two key issues: G20 and food security.
this is pretty embarassing...i just dont get how jokowi's diplomatic team made a fatal mistake. so ironic bcoz indonesia has plenty of experts on IR, strategic studies, and global diplomacy.
Opini tidak populer: tapi memang kuliah Master seberapapun banyaknya tidak perlu publish di jurnal ilmiah, kecuali memang ybs mengerjakan proyek penelitian.
Nah beda kalau PhD, apalagi di kampus kayak Upenn, tidak berlebihan dong kalau ekspektasinya semacam APSR/AER/Ethics...
Entah saya yang salah fokus atau gimana, tapi bagi yang belum tau: UN Watch (yang merilis negara-negara yang memilih 'tidak' di voting Majelis Umum PBB kemaren) adalah sebuah "kelompok lobi yang punya hubungan kuat dengan Israel" versi AFP.
One reason why many Indonesians can't speak Dutch - language is a medium of decolonisation (at that time).
Source: Ali Sastroamidjojo, "Milestones on my journey".
Fresh from the oven. New PhD Thesis on the political thought of Tan Malaka, Indonesian nationalist, the intellectual founder of the Republic, and Leftwing Anticolonial leader in the 1920s. Definitely a must-read.
Intelektual sosialis Indonesia adalah generasi awal yang meletakkan fondasi politik luar negeri dan diplomasi. Ada yang tertarik menulis tradisi sosialisme dan sejarah politik luar negeri Indonesia? hehe.
Pengalaman menjadi mitra bebestari (alias reviewer) jurnal studi HI beberapa waktu terakhir, saya sering menemukan penjelasan 'metode kualitatif deskriptif' di bagian Metode. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan biar bagian itu bisa diisi penjelasan yg lebih produktif. UTAS/
One really positive thing about this Pilpres (despites dynasty) is that: we finally talk about crucial issues that Indonesia will face after the election!
Mental Health, Defence, Foreign Policy, Research & Higher Education Policies....
I have an article coming out at Alternatives: ‘Which Part of Your Work is IR?’ on Western Dominance and the Discipline of International Relations in Indonesia"
This article is a part of a forthcoming forum on 'Our Work is Not IR' at Alternatives.
A🧵
Konteks Indonesia: ada sejarah panjang, terutama di era Orde Baru dan setelahnya, mengapa mahasiswa di fakultas saintek sebagian kampus menjadi sangat 'Islami'. Padahal sebelumnya ada jurusan2 semacam itu di kampus tertentu didominasi kelompok nasionalis dan *ehem* komunis.
Adakah riset/publikasi mengenai kenapa jebolan Fakultas Ilmu Eksakta lebih konservatif dibandingkan jebolan Fakultas Ilmu Sosial di Indonesia?
Fenomena menarik, karena di negara-negara Barat rata2 scientist (terlepas disiplin ilmunya) biasanya condong ke pemikiran yang liberal.
AMAZING!
More than one MILLION marchers for President
@realDonaldTrump
descend on the swamp in support.
Best base in political history — we LOVE you guys!!! ❤️🇺🇸
Not only great to see the crowd in the rally, the Foreign Minister in action, and it looks like now Indonesia has a bipartisan consensus on Palestine.
House Speaker (PDIP) and several key ministers attend rally, along with PKS opposition leaders.
Pagi ini, di Monas (05/11) menjadi bagian dari Aksi Akbar Aliansi Rakyat Indonesia Bela Palestina
Saya tegaskan sekali lagi dukungan Indonesia terhadap perjuangan bangsa
#Palestina
.
karena riset-riset yang dilakukan dianggap tidak bermanfaat, yang akhirnya yang terjadi: meninggalkan riset, mengajar, pemberdayaan lalu melakukan aktivitas yg "terlihat" bermanfaat seperti masuk timses, jd pejabat, dll.
Tidak salah, tapi menghilangkan esensi akademik
Artinya, bisa jadi, apa yang kita tulis dan kita hasilkan dalam pekerjaan sebetulnya jauh lebih penting dari mitos-mitos semacam hierarki kampus, nama besar kampus, dari mana kita lulus, atau KAPAN KITA MENIKAH.
Curhat terbaru pekan ini di
@IBTimesID
Terlepas dari karier politik penulisnya, ini adalah karya akademik klasik dan penting dalam studi Islam dan Politik di Indonesia. Perlu dibaca juga buat mahasiswa HI dan Ilmu Politik.
Ini salah satu kelemahan dari riset-2 politik Indonesia berskala besar: riset bagus dengan metodologi yang apik ustru lahir dari pendana pihak ketiga, dan bukan dari dana riset publik.
Padahal kita perlu riset berskala besar dari dana riset publik juga utk menguji teori dll.
PERSEPI sarankan tidak usah didisclose jika membuat kegaduhan tidak perlu. Awalnya kami yg buka pendana survei pada pilpres 2009. Tapi media heboh berbulan-bulan masalah pendana yg kebetulan konsultan SBY. Akhirnya PERSEPI ambil keputusan tidak wajib buka.
Seringkali mendengar istilah "dosen-dosen di Indonesia terlalu elitis dan tidak menjangkau akar rumput"
Padahal mana ada Profesor di Australia yang mau jadi Ketua Takmir Masjid atau Ketua Muhammadiyah Ranting, setiap akhir pekan rapat pengurus, atau malah bikin pengajian...
Salah satu asumsi yang sering keliru tentang 'buruh' adalah bahwa buruh itu tidak intelek, tidak bisa 'mikir', kerjanya demo terus sehingga tidak punya waktu mikir. Padahal dulu Australia punya Ketua Umum Serikat Pekerja (ACTU) lulusan Oxford bernama Bob Hawke...
"Bung Karno benar; 66 tahun setelah beliau mendeklarasikan hak untuk menentukan nasib sendiri di Asia dan Afrika, Palestina belum pernah benar-benar merdeka dan bebas."
Tulisan terbaru saya hari ini di
@indoprogress
tentang Palestina. Monggo.
The picture does not only show the risk of oxygen shortages. It also shows the latest North/South divide in global health politics - and possibly global politics in general!
Ini sebenarnya pencapaian yang luar biasa. Dulu sering demo2 sampe di depan rektorat, hanya sempat *sekali* Rektor turun dan menemui mahasiswa demonstran. Ini belum demo aja kok rektor sudah langsung menemui.
Udah dipanggil rektor aja ini jajaran
@BEMUI_Official
, langsung ditelepon Ngab*l*n kayaknya Pak Rektor, hari Minggu loh ini gak mau tidur aja di rumah pak?
Opini tidak populer: sesungguhnya tidak banyak akademisi Indonesia yang berada di menara gading. Justru dari dulu sudah banyak yang berani turun dari menara gading ke masyarakat: misal membela industri, membikinkan naskah akademik atau aturan hukum, jadi pejabat pemerintah dll.
Sedikit kurang nyambung: kesalahpahaman yang sering muncul adalah melihat teori dan praktik itu sebagai dua hal yang terpisah - atau melihat teori sebagai 'hapalan'.
Padahal teori itu selalu diperbarui karena praktik-praktik baru di masyarakat, tempat kerja, atau malah keluarga.
Dulu gua ikut mbkm bangkit doang dan helps me alot in practical way. Tapi apakah MBKM ngerusak kemampuan teoritis mahasiswa? Gua cukup setuju karena skrng, sejak semester awal, mahasiswa jadi gila magang, banyak ninggalin ruang kelas dan ruang diskusi mahasiswa. Pendapat pribadi
Rata-rata pekerja Indonesia tidak membayar pajak. Kontribusi PPh21 mereka adalah Rp0. (Penghasilan 4.5 juta sebulan tidak kena pajak.)
Wajar saja ketika orang-orang produktivitas-rendah itu tidak dapat pelayanan-negara. Justru, mereka adalah beban negara karena mendapat subsidi.
Opini tidak populer: salah satu cara untuk mendorong studi Indonesia di luar negeri adalah dengan mendorong akademisi Indonesia untuk berkarier di luar negeri dan membangun studi Indonesia di sana.
*ehem ehem ehem*
1/ We should not take democracy for granted. Like our independence in 1945, freedom, democracy, and justice are things that we should fight for, not given by elites. This is a key moment for millenials (and Gen Z alike) to rethink the true meaning of our 'citizenship'.
My analysis on latest 🇮🇩's presidential debate. My conclusion:
all seems to be disappointing, foreign policy became a footnote of defence procurement policy, and the China question was the biggest elephant in the room, untouched by all candidates.
Saya suka pak
@jokowi
masang standar tinggi kepemimpinan.
Apa beliau PhD dalam International Relations? Bukan. Beliau hanya cepat belajar. Kok bisa? Sebab gak sok tahu.
Kok ringan langkah? Sebab ringan beban sejarah.
Simple formula!
Salah satu penjelasan yang cukup relevan untuk memahami fenomena di balik Kaesang dan PSI: satu artikel dari David Bourchier dan Windu Jusuf tentang "liberalisme" di Indonesia:
"Indonesia has accepted Australia’s criticisms of human rights abuses in Papua, and in then East Timor. Now it is the turn of Indonesia to ask Australia,” Don’t you feel shame at the result of the referendum on the Aborigines?”
.
Ada banyak artikel dan buku yang masih layak disitasi hingga saat ini karena penting.
Misal, Mohammad Hatta, "Indonesia's Foreign Policy" (1952), Mohtar Mas'oed, "Studi Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi" (1990), Dewi Fortuna Anwar, "Indonesia in ASEAN" (1994)
Benarkah kita cuma boleh mensitasi tulisan dalam jangka waktu tertentu (5/10 tahun terakhir)?
Di bidang ilmu saya — hukum, juga banyak bidang ilmu sosial lainnya, harusnya, nggak.
TAPI, ada kampus/jurnal yg punya aturan begini. Kenapa? Agar referensi lebih up to date.
Yang perlu dibudayakan di Indonesia: keynote speaker ikut conference dari awal sampai akhir, srawung dengan peserta conference, dan ikutan sesi peserta (kecuali kalau memang berhalangan secara pribadi)
Yang sering tidak dibicarakan ketika membahas 'Asian Values' adalah bahwa konsep ini muncul dalam konteks sejarah yang sangat spesifik, yaitu Konferensi HAM Wina tahun 1993 yang mengglobalkan semangat penegakan HAM setelah Perang Dingin.
karena udah tembus 13juta view, let me explain what Asian Values is. biar kita sama2 paham kalo ini tdk ada hubungannya dgn politik dinasti spt yg dibilang
@arieputrabn
. sekalian ini rujukan buat
@pandji
for his next talks.
so basically, asian values itu ada 4 prinsip: