@franberry__
ᅠ
ᅠ
ᅠ
Bahram nodded with jutted out lips. It can be said that the opinion is what he can agree with, however, that still didn’t quite reveal the other’s personal stance on the topic. “So? I take you don’t believe in it?” That’s the conclusion he drew.
ᅠ
ᅠ
@Reveriets
ᅠ
ᅠ
I know, right? It’s relieving to know that you got someone. I imagine it’s pretty daunting going through all that alone, as they say, being surrounded by uncertainty is like walking through a seemingly endless, pitch black tunnel. I hope, I hope, your light is near.
ᅠ
ᅠ
ᅠ
ᅠ
concluded Bahram as he turned face—the supposedly—Karma.
“Well, I’m glad that you do exist, however,” He shrugged. “you’re spewing out bullshit. The universe doesn’t care for all I know.”
|
@retrouvqille
ᅠ
ᅠ
ᅠ
ᅠ
ᅠ
Namun, agaknya duka mendorong manusia kepada macam-macam penyangkalan. Sulit menerima bahwa sering kali, siapa yang berdiri di balik setiap tragedi hanyalah takdir yang memang suka bercanda dan seenaknya, bukan seorang biang onar yang bisa disalahkan.
ᅠ
ᅠ
ᅠ
ᅠ
ᅠ
𝘏𝘢𝘱. Satu lagi butiran kacang pilus mendarat dengan mulus. Peran camilan biasa dibutuhkan sebagai pendamping sebuah tontonan, dan, kali ini Bahram pun memerlukannya untuk itu; pertandingan estafet anak kelas satu di hadapannya amat seru.
ᅠ
ᅠ
ㅤ
Dua garis menyilang dicoreng ke atas opsi yang ada. Lalu digambarnya lambang anar-ko di bagian yang kosong—enggak, bercanda. Lalu Malya mulai menuliskan jawabannya.
ㅤ
ᅠ
ᅠ
ᅠ
Meski konteks “keadilan” yang dibahas si responden berbeda dengan yang dia sendiri maksud, tetapi, ia senang dengan pertukaran perspektif ini. Benar ternyata, dia terlalu lama melekat dengan sisi-sisi takdir yang manis. Jarang terpikir olehnya bagaimana
ᅠ
ᅠ
ㅤ
Malya penasaran. Dirinya penasaran setengah mampus tentang banyak hal seputar kertas itu. Siapa pelakunya? Atas motif apa dilakukannya aksi tempel-tempel kertas soal di baliho? Orang iseng kah? Orang serius kah? Atau orang yang serius iseng?
ㅤ
ᅠ
ᅠ
ᅠ
mangkir dengan sendirinya. Isi kertas kembali ia lihat, dan ditemukannya beberapa kata menonjol yang secara khusus menarik perhatian: rakyat kecil, hidup bermartabat, dan … uang makan selama seminggu.
ᅠ
ᅠ
ᅠ
ᅠ
ᅠ
Agaknya bakat berlari siswi kelas sepuluh berkumpul semua di sana. Sungguh mengundang iba jika membandingkan mereka dengan kelompok sebelahnya—kelompok dua.
ᅠ
ᅠ
ᅠ
ᅠ
ᅠ
orang lain bergumul dengan kesulitan-kesulitan nyata yang tak perlu ia emban.
Dipicu pemikiran itu, bayangan Mirah berkelebat; menyebabkan getar pada kedua tangan. Seketika Bahram berjongkok, wajahnya terbenam pada tangan yang terlipat dan saling menumpuk
ᅠ
ᅠ
ᅠ
ᅠ
ᅠ
Sedikit banyak, orang seperti apa si responden mulai tergambar.
Tidak punya pertanyaan baru—setidaknya, untuk ditanyakan kepada responden yang ini, kepalanya mulai menghitung berapa itu sekiranya ongkos makan selama seminggu. Dia mematok nominal 20
ᅠ
ᅠ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
I'm really hoping that whatever choice I go for, I won't end up losing everything in the process.
It's just really difficult to make a major decision like this, and I'm worried that people might start pulling away from me because of it. ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ᅠ
ᅠ
ᅠ
di atas lutut. Lagi-lagi ia diperingatkan akan rasa bersalahnya. Lagi-lagi ia diperingatkan, bahwa tragedi yang menimpa sang kekasih memanglah ia yang menyebabkan.
Tidak ada perlawanan terhadap rundungan rasa bersalah itu. Akibatnya, mereka pun bosan dan
ᅠ
ᅠ
@MWikasita
ᅠ
ᅠ
ᅠ
Sebab kemarin dapat balasan, sulit menampik bahwasanya hari ini, 𝘝𝘦𝘯𝘥𝘪𝘯𝘨 𝘮𝘢𝘤𝘩𝘪𝘯𝘦 itu dihampirinya dengan harapan akan keberuntungan yang sama. Bahram yang sejak sekian meter sudah menyipitkan mata untuk menangkap presensi kertas itu sempat
ᅠ
ᅠ
ᅠ
ᅠ
ᅠ
ribu rupiah per sekali makan untuk kemudian dikali 21; 420 ribu totalnya.
𝘝𝘦𝘯𝘥𝘪𝘯𝘨 𝘮𝘢𝘤𝘩𝘪𝘯𝘦 itu ditinggalkan tanpa sebelumnya lupa menitipkan respon pada helai kertas baru. Mulai dari sini, apa yang terjadi silakan tebak sendiri.
ᅠ
ᅠ
@desgarrare
ᅠ
ᅠ
“My answer? It doesn’t exist. Karma’s some kind of bullshit.” There was only certainty both in tone and the face he made. “May I know? About your experience?”
ᅠ
ᅠ
ᅠ
ᅠ
ᅠ
patah hati lantaran yang dicari memang tidak ada di sana.
Melainkan di sisi sebelahnya.
Antusiasme yang kembali pulih dimanjakan dengan jawaban sepanjang satu kertas penuh. Tidak sampai di situ, isi jawabannya bahkan lebih mengesankan!
ᅠ
ᅠ
ᅠ
ᅠ
ᅠ
mana yang harus diambilnya? Suatu pemikiran mengusulkan agar mengambil yang sekali buka bisa langsung habis. Sementara yang lainnya berbisik supaya Bahram mengambil varian yang paling umum saja. Toh, dia, kan, tidak tahu selera orang itu.
ᅠ
ᅠ