What a great surprise to start off this week! I am happy to share my latest publication in Asian Journal of Comparative Politics. Thanks to Prof
@jteehankee
!
The irony of Indonesia's democracy: The rise of dynastic politics in the post-Suharto era
Kalau Anda pemilih rasional dan belum punya pilihan capres (atau masih mungkin berubah) nontonlah dialog ketiga capres dengan Kadin. Lihat mana yg mengerti masalah dan punya solusi. Bandingkan ketiganya. Tinggal cari di Youtube.
On a serious note, tanyakan lagi ke akal sehat dan hati nuranimu menjelang 14 Februari nanti: pemimpin macam apa yang layak memimpin Indonesia 5 tahun ke depan. Ini soal masa depan republik, bukan lucu2an.
Bentar lagi soal vaksin gratis akan ada yg ngomong "kan negara itu penduduknya dikit," "kan negara itu negara kaya," sampai ke "negara kita budayanya beda." Buat gw: negara tetangga pemerintahnya hadir dan peduli pada masyarakatnya; negara kita cuma peduli cuan dan pencitraan.
"Luka-luka yang dialami AM dan para korban berasal dari penyiksaan dengan rotan, tendangan, disetrum, sampai dicelup dengan api rokok."
Kawal terus sampai dihukum semuanya dan pimpinannya juga harus bertanggung jawab.
Coba bayangkan misalnya negeri ini dilanda krisis, atau ada aktivis yang dipenjara lagi karena menyuarakan penderitaan rakyat, atau ada kelompok marjinal yang dipersekusi, atau ada korban bencana alam akibat pengerukan SDA yg ugal-ugalan. Terus dibalas dengan meme seperti ini.
Salah satu hal yg gw khawatirkan adalah setelah negara2 lain relatif berhasil mengendalikan Covid, Indonesia akan jadi pariah. Jangan2 nanti akan ada pertanyaan di lembar imigrasi negara lain: Have you been to Indonesia in the past 14 days?
Dinasti baru sudah terbentuk pada tingkat pemerintahan tertinggi di Republik ini. Dari pengalaman negara-negara tetangga, ga ada yang bagus dari politik dinasti. Brace for impact.
Gw setuju lockdown. Tp concern beberapa teman setelah liat pengalaman India juga valid. Disini social science dan humanities bisa kasih ide ttg apa yg harus kita tau (dan ga tau) dan apa alternatif kebijakannya sebelom kita bener2 putuskan lockdown.
-a thread-
Ga pernah ada satupun kata maaf keluar akibat keteledoran2 mereka bulan Januari-Maret. Menutupi informasi dengan alasan biar masyarakat ga panik. Yang panik kalian, yang jd sasaran dan korban masyarakat. Leadership macam apa ini?
Problem backlog perumahan memang nyata terjadi, jumlahnya masih 9,9 juta. Dan ini diperkirakan akan semakin besar karena rata-rata harga properti per tahun naik 10% -15%, sementara kenaikan gaji pekerja tidak linier dengan kenaikan harga properti.
#TAPERA
#Moeldoko
#KSP
Bukan salah paham, tp admin gagal paham. Kalau badan orang sudah dijatuhkan, diinjak dengan dengkul, kemudian ditambah 1 aparat lagi menginjak kepala orang tsb dengan sepatu lars, itu namanya arogansi dan penggunaan kekerasan berlebihan. Bukan "salah paham".
TNI AU Meminta maaf dan Tindak Tegas Anggotanya yang tidak disiplin*
Menyikapi insiden salah paham antara oknum dua anggota Pomau Lanud J.A Dimara Merauke dan warga di sebuah warung makan, di Merauke, Senin (27/7/2021), TNI AU menyatakan penyesalan dan permohonan maaf. 💂🏻♀️
"Saya sebagai Kapolda ikut prihatin, menyesal, sekaligus minta maaf di dalam proses pengamanan yang berjalan ada kekurangan,"
Kekurangan tuh Anda bikin hajatan, lauknya kurang buat tamu. Itu kekurangan. Kalo nembakin gas air mata sampe orang meninggal, itu pembantaian.
Untuk mendukung gerakan hari ini, kami di
@ifaruaj
membagikan silabus & bahan bacaan yang disusun untuk Kelas Pelemahan Demokrasi & Strategi Gerakan Sosial. Silabusnya bisa diakses di sini:
Bahan bacaan bisa diakses di sini:
Hi James, it's not that they didn't get the memo. It's the government's half-hearted policy that makes them have to endure this enormous risk. No strict instructions nor incentives for businesses to shut down their shops or factories.
Barusan nyoba ikutan tryout test Bhineka Tunggal Ika. 5 soal, salah 5 😅. Ini contoh2 pertanyaannya. Ini taun 2021, apa 1991? critical thinking my ass 😆
Thread soal Dinasti Politik:
1. Perdebatan soal dinasti, menurut eug, ga usah dibawa ke ranah moral atau etika. Karena debat soal dinasti di ranah ini ga produktif. Membentuk dinasti itu pilihan rasional politisi. Konstitusi pun sudah mengijinkan.
Set pertanyaannya sama (atau hampir sama) buat ketiga capres, jadi jawaban mereka bisa dibandingkan dengan cukup mudah. Ga ada yg mendebat, waktu jawab lebih panjang, ga ada yg mengganggu emosi.
Wah jadi rame. Apapun alasan Anda memilih (atau tidak memilih), silakan aja. Cuma ingat 1 hal, rasionalitas dalam politik itu selalu bisa direkayasa. Pesen saya cuma 1, jangan ngoyo2 amat dukung capres pilihan. Nanti kalau ujung2nya malah koalisi, nanti Anda gigit jari sendiri 😬
Dulu pas MK batalin pasal anti-dinasti, argumennya adalah jangan salahkan kerabat incumbent berkompetisi dalam pemilu, tapi awasi pelanggaran yang dilakukan oleh si petahana yg menguntungkan kerabatnya. Keliatan kan sekarang bagaimana susahnya membuktikan pelanggan oleh petahana?
Bully itu dilakukan oleh pihak yang lebih kuat ke pihak yang lebih lemah. Yang dilakukan Mbak
@NajwaShihab
dan
@narasitv
itu lebih tepat dikatakan sebagai senjatanya orang lemah yang meminta pertanggungjawaban pemegang kuasa yang bebal. Weapon of the Weak kalau kata James Scott.
When you punya all the power to mobilize the whole nation resources to deal with the covid crisis. But you decided to do cheap campaign stunt. That's the definition of a [🤬] leader.
Kita lewatin dulu krisisnya, abis ini kita mintakan pertanggungjawaban orang2 yang harusnya punya tanggung jawab mencegah kita ada situasi hari ini. Apapun caranya.
Yang kuat ya!
Mengapa kalau anak muda yang keras dan kritis selalu dianggap tidak sopan? Tetapi jika yang melakukan itu adalah orang tua ke anak muda selalu dianggap biasa saja, dan kita sebagai anak muda diminta menerima seolah itu sesuatu yang biasa saja. Apakah ini tidak standar ganda?
Pelanggaran TSM dalam pemilu itu kaya kentut. Semua orang bisa cium baunya dan kira2 tau siapa yang keluarin gasnya, tapi susah untuk dibuktikan, kecuali langsung cium lubang sumbernya.
Disertasi saya soal dinasti politik di Indonesia. Data empiris menunjukkan politisi dinasti banyak diuntungkan krn kerabatnya adalah petahana. Popularitas bs didongkrak dengan relatif cepat, belum lagi mobilisasi sumber daya negara yang dilakukan petahana untuk dukung keluarganya
Baru di Indonesia Ada pemilihan presiden yg tidak ada petahana- nya, tapi isunya adalah melawan petahana. Loh padahal rakyat tau bahwa petahana tidak ada terus kenapa 01 dan 03 kerjaannya menyerang petahana padahal petahana tidak ada? Makanya kelihatan seperti meninju angin😀🙏
Gw masih ga ngerti alasan ga memperbolehkan pakai artikel jurnal yg terbit sekian taun yg lalu. Bukannya diskusi akademik fokus pada esensi atau kontribusi karya tsb, terlepas dari taun terbitannya ya?
As expected, President Jokowi's son, Gibran Rakabuming Raka is going to win the local election in Solo by a landslide. The president's son-in-law, Bobby Nasution, is also leading in Medan based on several quick counts. I may need to add two new ticks to my
#dinastipolitik
dataset
Mau tau apa efek apa yang paling jahat dari dinasti politik di demokrasi? Mereka bisa bikin rakyat yang dibawah kendalinya ga bisa berpikir ada alternatif lain yang lebih baik dari dinasti tersebut. Pendukungnya terus dikasi benefit yang jumlahnya ga seberapa demi loyalitas.
Ini akan makin sering kedengeran. Mungkin Indonesia hari ini udah jadi competitive authoritarian regime. Mirip bgt yg didefinisikan Levitsky and Way (2010): Competition is real, but the playing field heavily skewed to benefit the incumbents.
Soal mengantri, ada pemandangan yg sering gw jumpai kalau balik dari Changi ke Soetta, perilaku khas kelas menengah +62. Di Changi tertib antri, begitu sampe Soetta langsung beringas ga sabaran. Manusia yg sama berubah dgn cepat dalam 1 jam 30 mnt penerbangan.
#antrian
Jadi fans buta rezim juga enak sih Mas Uki. Ikutan hore kalau ada pencapaian. Puja puji kalau rezim lempar gimmick-an. Tinggal diem kalau rezim ugal2an.
Sebetulnya paling enak jadi oposisi di Indonesia sekarang. Kalo fitnah ketahuan tinggal bilang kriminalisasi. Kalau bohong ketahuan tinggal bilang rezim anti demokrasi.
Partai yang ga berangkat dari gerakan sosial memang hanya akan jadi fans club. Institusionalisasi partai dilibas demi kepentingan elektoral atau ambisi individual. Mengaku muda, ternyata ga ubahnya generasi tua.
Kalau masih ada kandidat yang tega ngumpulin massa cuma buat show of force, mending ga usah dipilih. Sudah jelas dia lebih mementingkan dirinya daripada keselamatan dan kesehatan rakyat yang akan dipimpinnya. Kandidat kaya gitu most likely akan korup nantinya. Mark my words.
"Ini adalah pilihan paling adil, dan nantinya tidak hanya Pak Jokowi, tetapi Pak SBY bisa ikut berlaga kembali..." - parpol bro sis milenial metaverse Blockchain big data machine learning demographic bonus renewable energy
Dari awal pandemi juga udah dibilangin jangan cuma cuan doang yang dipikirin. Ceritanya akan sangat beda kalau dulu pemerintah fokus pada manusia, bukan cuma ekonomi semata. "Tapi kan rakyat butuh makan?" "Pemerintah ga punya duit" Mamam noh Juliari.
Satu2nya missing part untuk bikin dinasti yang hegemonik adalah penguasaan partai politik. Sekarang, peluang itu jadi terbuka lebar. Ga terbayangkan sebelumnya.
Ini yg ngerjain proyek trotoar sepanjang dokter Satrio mau ngebunuh orang apa? Kalau ada kerjaan proyek begini ya tolong disediakan juga jalur sementara pejalan kaki yg layak. Jangan dibongkar semua blas. Tp pasti bukan salah Gabener dan teman2nya.
Jadi tolong pimpinan negara dan jajarannya, jangan lagi anggap enteng soal Covid ini. Akan semakin kompleks, costly, dan time consuming kedepannya kalau logika anda gini2 aja. Semakin besar opportunity cost yg harus ditanggung.
Interesting. Indonesia is not on the list. The Secretary of Defense also skipped Indonesia in his latest tour. Riady (h/t Pisani) was right. Indonesia is "the biggest invisible thing on the planet".
US Vice President Kamala Harris will visit Singapore and Vietnam next month. President Joe Biden and Vice President Harris have made it a "top priority" to rebuild global partnerships, her spokesperson said, and the trip will deepen Washington's engagement with Southeast Asia.
Ngeliat debat di Twitter hari ini, ga heran kalau gerakan prohesif, kiri, keadilan sosial, dkk gampang bgt disikat negara dan vigilante-nya, serta kelompok yg bawa2 agama dan vigilante-nya. Bukannya bikin koalisi, malah nambah musuh 😅
Cuma Bu Mega yang bisa pidato sekalian curhat ngalor ngidul dan didenger sama presiden, wapres, menteri, kepala daerah, dan ribuan kader. Ini display power yang luar biasa. Selamat ulang tahun PDIP.
Mumpung lagi rame, ini tulisan bernas dari Prof
@sociotalker
di Kompas (10/12) mengenai vaksin sebagai barang publik. Menurut beliau, seperti lampu penerangan jalan, vaksin gratis dinikmati warga. Sebenernya ga "gratis" karena kita udah bayar in advance dalam bentuk pajak.
Civil society dan akademisi punya PR besar sih kalau sampai mayoritas pemilih bilang pemilu kali ini jurdil. Pencoblosan itu cuma ujungnya. Proses sampai ke pencobolosan itu yang penting juga untuk diperhatikan.
Kelompok masyarakat yang menamakan diri Alumni Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta Se-Indonesia menyampaikan maklumat dalam menolak narasi-narasi negatif yang menyudutkan Presiden Jokowi.
"Kita berkumpul di sini untuk menyikapi kondisi politik saat ini, dimana banyak narasi
Soal Asian Values, makanya gw bukan penggemar penjelasan yang mengedepankan kultur sebagai variabel independen dalam menjelaskan sebuah fenomena politik. Penjelasan demikian seringkali terjebak pada esensialisme masyarakat tertentu.
Mending bikin satgas nyelidikin anggaran Kominfo dipake buat apa aja, mana pertanggungjawabannya, tanya menterinya ngapain aja selama ini. Kalau perlu ganti menterinya.
Ga sih. Skrg militer banyak ambil peran, hasilnya gini. Itu Menkes backgroundnya ga kurang militer? Yang dibutuhkan itu kebijakan yg konsisten, berpihak pd masyarakat, transparan, dengerin science, ga perlu kebanyakan seremoni tanpa substansi.
Saya punya 3 dugaan knp bnyk politisi/pejabat yg ngotot jd guru besar & hc. Semua faktornya agential, yang difasilitasi institusi yg bobrok.
1. Merasa sudah berjasa & "capaian" mrk layak diganjar status tsb. Apa yg mereka capai (menurut mereka) udah jago bgt utk bidang tersebut
Btw, untuk temen2 yang sedang menyelesaikan disertasi dan struggling menulis dalam bahasa inggris kaya saya, 3 tools yang sangat berguna buat saya untuk keep on moving adalah: google translate, grammarly, dan quillbot.Mungkin bisa dicoba.
Debat Prabowo-Anies soal demokrasi semalem ga nyambung karena Prabowo bicara soal dimensi kontestasi dari demokrasi, padahal yang Anies pertanyakan adalah dimensi civil liberties dari demokrasi.
Oiya, catatan penting lain, pemegang paspor Indonesia ke luar negeri bukan cuma soal jalan2 ya. Ada ratusan ribu bahkan jutaan orang yg bekerja sebagai naker di LN, ada yg sekolah, ada yg keluarganya tinggal di LN, dan alasan lainnya selain sekadar jalan2.
Keliru juga sih kalau nasib bangsa digantungin sama Raffi Ahmad...bukan dia yang harusnya tanggung jawab, tp entitas yang nunjuk dia jadi influencer vaksin yang harus bertanggung jawab. Mau efek positifnya, tp cuci tangan buat efek negatifnya. Keduanya 1 paket bos.
Sy pikir problem utamanya bkn krn Kaesang anak kemarin sore atau ga bs apa2. Sy yakin dia punya potensi. Problem utamanya adalah pernah ada harapan bahwa PSI akan bawa semangat politik baru yg ternyata sirna karena kepentingan elektoral, ambisi individual, dan hubungan familial.
SEKALI LAGI TENTANG KAESANG
Beberapa hari setelah bergabung dengan Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Kaesang didaulat menjadi ketua umum. Ini adalah keputusan yang relatif sangat cepat. Salah satu reaksi yang banyak datang setelah itu adalah menganggap pengangkatan Kaesang