Kelak tua nanti, kita akan menikmati kopi di rumah sederhana, sembari berbincang melewati senja- senja yang menua. Tapi tidak dengan kisah-kisah kita yang tetap awet muda.
Bahkan kopi paling halus saja ada ampasnya. Jangan bilang tak lagi ada yang tersisa jika masih punya ingatan. Dan kita, hanya butuh syukur yang cukup untuk semuanya; baik yang ada, pun yang belum ada atau yang sudah pergi.
"Malam ini, aku meminjam hening dari cuaca; mengadopsi pahit dari kopi; menggandeng dingin dari angin --untuk menebus hilang yang direnggut kaki waktu."
Malam ini, temani aku bercerita; tentang sepucuk surat cinta yang robek sebelum terbaca, tentang setangkai mawar yang patah sebelum mekar, dan tentang secangkir kopi yang tumpah sebelum terteguk.
Sedang berada di situasi menghindari hingar bingar. Cukup redup lampu kamar, kasur yang nyaman, secangkir kopi, musik-musik pelan dan suara rerintik hujan di luar jendela.
November adalah jeda menuju tiada,
hari-hari yang basah,
ingatan-ingatan yang gelisah,
bercangkir-cangkir kopi tumpah
dan sebuah hati yang merawat rindunya
'seorang diri. ~
Bagaimana aku bisa tertidur, apa bila kamu sedang gila di kepalaku; berjalan, berlari, berputar-putar. Mendobrak pintu-pintu, hingga meracuni kopi yang sedang kunikmati.
Sabtu ini aku ingin menghabiskan waktu denganmu, berkeliling kota dengan ceria, sampai berakhir di sebuah kedai kopi dan menyelesaikan berbagai cerita.
Denganmu, aku ingin berencana untuk menjalin janji; sehidup sekopi, setegak seteguk, seiring sebaring. Seterus terusnya, sampai kita sama-sama lupa sudah berapa gelas kopi kita habisi..
Untuk diri sendiri :
"Terima kasih karena sudah selalu kuat menghadapi banyak masalah dalam hidup ini."
Untuk kopi :
"Terima kasih karena telah selalu ada ketika saya butuh teman untuk sekadar menenangkan perasaan"
Aku ingin mencintaimu seperti kopi yang kuminum tiap hari, yang tidak pernah berubah rasanya. Atau seperti puisi-puisiku yang tidak pernah habis termakan waktu.
Sejatinya peminum kopi itu bukan pemilih, bukan juga seorang pengatur, tapi setidaknya mereka punya ketegasan, apa lagi soal rasa dan takaran kopi.
Maka dari itu untuk kalian para calon istri, belajar dan pahamilah dari sekarang; berapa banding berapa takaran kopi calon suamimu.
Lalu mana yang lebih menyedihkan; kopi yang sudah dipesan namun tidak diminum. Atau hati yang sudah diberi harapan, namun tak kunjung mendapat kepastian?
Denganmu, aku hanya ingin menjadi seimbang; sama rasa, sama rata. Seperti kopi dan susu yang tidak pernah mempertengkaran tentang siapa yang lebih istimewa dalam secangkir cappucino..
Jika kamu bertanya sejak kapan aku menyukai kopi.
Maka jawabanku sederhana :
Sejak aku mengetahui bahwa sesuatu yang pahit juga bisa dinikmati dan bisa memberikan kesenangan.
Lalu kita sama-sama memilih untuk diam, menikmati sunyi, puisi, kopi, dan lagu-lagu patah hati, untuk menghibur hati, setelah kita sama-sama saling melukai..
Perjuangan tersulit dalam setiap malamku ialah menaklukan insomnia menjadi kantuk dan mengubah rindu menjadi tidur
Sederhana, tapi untukku, ini tidak mudah.
sepi mematuk matuk
dalam ruang yang mati lampu
'kehilangan pintu
Tuhan kembali bercanda
diletakannya aku, di atas panggung
yang tidak ada penonton lain, selain kesedihan sendiri
Sifat kopi itu seperti perempuan; ia harus diperlakukan secara baik dan lembut. Kemudian seseorang yang benar2 mencintainya tidak akan peduli dengan seberapa pekat kepahitannya.
Harusnya, cinta itu seperti sapu lidi; menetap pada satu ikat untuk menyapu segala hal yang sudah tidak berlaku di masalalu, agar masa kini masa depan lebih bersih dan baik-baik saja.
Setumpuk rindu, bergelas gelas kopi. Keduanya sudah berkali kali tumpah di bibirku yang sunyi
Ah, malam jumat kali ini terasa lebih keramat dari biasanya.