Kelimpahan sumber daya alam berupa nikel, emas, bijih besi, pasir besi, batu gamping, hingga panas bumi (geotermal) yang terdapat hampir di sekujur tubuh Pulau Halmahera, menjelma menjadi kutukan karena adanya kelindan kepentingan oleh penguasa, baik di level daerah maupun pusat.

Siang tadi, Kamis (13/02/2025) di pesisir kampung Lelilef, Halmahera Tengah, berjarak kurang dari 1 km ke titik operasional PT IWIP, warga melakukan protes “meminta @DPR_RI mencabut status Proyek Strategis Nasional (PSN) yang diterima PT IWIP melalui bekas Presiden Jokowi.”

Di wilayah-wilayah sentra #nikel, termasuk kami, di Maluku Utara daya rusak atas tambang nikel maupun pabrik-pabrik pengolahan dan peleburan nikel terus meluas, merusak seluruh infrastruktur layanan alam termasuk manusia.

Ruang Tangkap Nelayan di Halmahera Tergerus Aktivitas Tongkang Pengangkut Ore Nikel

RT @jatamnas: Revisi Minerba: Syahwat Gerombolan Sirkus Parlemen dan Istana Membancak Kekayaan Alam Pembancakan kekayaan alam secara berje…

SIARAN PERS Gunung Wato-wato Ruang Hidup Tersisa: Hentikan Seluruh Proses Perizinan PT Priven Lestari

Berkaitan dengan industri ekstraktif, kami menemukan setidaknya ada enam industri berbasis lahan yang terhubung langsung dengan ia, dengan rata-rata penguasaan saham mayoritas.

Halmahera, pulau terbesar di Kepulauan Maluku harus menanggung beban ekonomi ekstraktivisme, akibat dari ambisi dan ketamakan para pengurus negara yang sebagian di antaranya ikut berbisnis tambang.

Baca di sini:

PELUNCURAN LAPORAN: Catatan Akhir Tahun 2024 & Proyeksi 2025 bertajuk “Bencana Ekstraktivisme yang Terorganisir di Maluku Utara”. Puluncuran laporan ini juga disertai dengan nonton bareng Film Dokumenter terbaru bertamakan “Tipu-Tipu Transisi Energi”.

“Kenyataannya, seluruh mata rantai operasi IWIP membutuhkan tenaga listrik luar biasa besar, karena proses-proses peleburan dengan suhu tinggi itu disuplai dengan membakar batubara,” kata Julfikar Sangaji, Pegiat JATAM di Maluku Utara.

PT IWIP yang menjadi salah satu sentra pengolahan biji nikel ini sesungguhnya daya rusaknya terus meluas hingga mengancam keberlangsungan ekologi warga terutama di sekitar di Teluk Weda. @fwindonesia